Gallery

Gallery
Asia Leader Forum di Jepang

Kamis, 03 Maret 2011

Artikel

Implementasi Metode Granada dalam Penerjemahan Al-Qur’an (Studi di Panti Asuhan Putra Mulia
Jakarta Timur).
Ismail Ibrahim Ibnu Yassin dan Supriyanto


Abstract. Granada method as one method of translating the Qur'an that exists in the community has an important role in improving human resources (HR). Granada methods not only provide knowledge and technical skills but far more important to inculcate moral values and their application in every day, because once they understand the methods of Granada will be able to understand the meaning of the verses they read. The study of this thesis formulates three main issues as follows: 1). How is the implementation of Granada in the learning method of translation of the Qur'an. 2). How cans the effectiveness of Granada in the learning method of translation of the Qur'an. 3). What factors that support and hinder the implementation of the method of Granada. The purpose of this study is: 1). To know the implementation of Granada in the learning method of translation of the Qur'an. 2). Methods To determine the effectiveness of Granada in learning the Quran translator 3). To find the supporting factors and obstacles in the implementation of Granada method in studying the translator of the Qur'an. The research methods used in the preparation of this paper is to use Qualitative Methods Naturalistic, a method that produces descriptive data. The data obtained from the manuscripts, interviews, field notes, photographs, tape recorders, and other official documents. As for things that support the implementation of Granada method is: First, teachers who oversee the learning process are the ones who truly understand the Arabic language. Because the teachers are recruited from graduates of Granada Method LIPIA (Indonesian Institute of Education Sciences Arabia) and graduate school and alumni of the training method of Granada. Second, participants assisted with the module and VCD tutorial that summarizes all the material that will be studied. Third, the method is very short and compact so it does not beat around the bush so it takes a long time. Fourth, the spirit wants to know who so profoundly from the participants. And the Fifth, the delivery of a varied pattern. In general, obstacles often faced by the participants is difficult to adapt to this method at the beginning of the meeting, especially for those who have never previously knew Arabic, and at the time of writing memorized study abroad (dictation ').

Pendahuluan
Jika kita menghendaki umat Islam berjaya dan terpandang di masyarakat internasional, dan dakwah Islam dapat tersebar luas di dunia, maka umat Islam harus menaruh perhatian khusus pada Al-Qur'an dan sunnah rasul yang mulia. Kitab Al-Qur'an adalah sebaik-baik kitab di antara kitab yang di-berikan kepada Rasul-rasul-Nya. Se-bab keotentikkannya mampu diperta-hankan hingga akhir zaman dan cahaya-nya mampu menerangi alam semesta.
Al-Qur'an diperuntukkan bagi umat Islam yang telah dipilih oleh Allah SWT. sebagai umat terbaik di antara umat lainnya. Al-Qur'an ber-fungsi sebagai penjelas perkara dunia dan agama, sebagai firman-Nya :
•          (النحل : ۸۹ )
“… Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu….” (QS. An-Nahl : 89)
Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia yang kekal hingga akhir zaman, kewajiban umat Islam adalah mengimplementasikan nilai-nilai yang terdapat di dalam Al-Qur’an mulai dari membaca dan mengamalkannya, menghafal dan menafsirkannya. Allah SWT dan rasulullah SAW. telah menjanjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala, ditinggikan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman :
•                           ( فا طر : ۳۰ – ۲۹)
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah SWT me-nyempurnakan kepada mereka dan menambah kepada mereka karunia-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun Lagi Maha Mensyukuri." (QS. Fathir : 29 – 30)

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi umat manusia dan alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayainya serta mengamal-kannya. Bukan itu saja, Al-Qur’an juga merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT. yang isinya mencakup segala pokok ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya.
Al-Qur’an adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW., bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya ber-tahap dan seluruh mahluk-Nya tidak akan mampu dengan tantangan tersebut. Pertama, menantang siapa-pun yang meragukannya untuk menyusun seperti Al-Qur’an secara keseluruhan (QS 52:34) . Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah seperti Al-Qur’an (QS. 1:13) . Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah seperti Al-Qur’an (QS.10;38) . Keempat, menan-tang mereka untuk menyusun sesuatu yang sama dengan satu surah dari Al-Qur’an (QS.2;23) . Dalam hal ini, Al-Qur’an menegaskan sebagai berikut:
                   )الإسراء : ۸۸)
"Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lainnya” (QS Al-Isra’ : 88)
Al-Qur'an merupakan kitab suci yang kemurnian dan keotentikannya tetap terpelihara hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah SWT :
  •     ( الحجر : ۹)
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesung-guhnya Kami benar-benar memeliha-ranya." (QS. Al-Hijr : 9)
Demikianlah Allah SWT men-jamin keotentikkan Al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dalam memelihara kesucian serta kemurnian Al-Qur'an, Allah SWT. memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya yang berminat dan sungguh-sungguh untuk memahami kandungannya. Untuk memahami Al-Qur'an, sudah barang tentu diperlukan suatu metode yang dapat memudahkan usaha-usaha tersebut, sehingga ber-hasil dengan baik dan selesai dalam waktu yang relatif singkat. Abdullah Halim Mahmud mengatakan: “Para Orientalis yang dari zaman ke zaman berusaha keras untuk menunjukkan kelemahan Al-Qur’an, namun mereka tidak dapat menemukan celah untuk meragukan keotentikkannya.”
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang diwahyukan kepada rasulullah SAW. yang berisi ajaran yang terjamin kebenaran dan keas-lianya. Dan tidak akan ada orang yang bisa merubahnya dan memuat ajaran yang sempurna sebagai pedoman hidup ummat manusia dalam melak-sanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini, dalam menciptakan kedamaian, keadilan dan kemakmuran (rahmatan lil alamien), sejarah telah mencatat bahwa dalam waktu 23 tahun Al-Qur’an dapat merubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban yang qur’ani. Bahkan Al-Qur’an telah terbukti mengantarkan kaum muslimin dalam membangun imperium raksasa yang sangat menakjubkan mampu menguasai dunia selama 800 tahun.
Terjaga dan mudahnya Al-Qur’an untuk dipelajari sebagaimana yang telah diutarakan sebelumnya sangat menggembirakan dan membanggakan, akan tetapi, disisi lain tingkat kepedulian kaum muslimin untuk mempelajari dan memahami ayat-ayat Allah yang terangkum di dalam Al-Qur’an masih sangat memperi-hatinkan, padahal Al-Qur’an tidak diturunkan melainkan sebagai petun-juk dalam mengarungi hidup di dunia ini. Di antara hal yang menjadi penyebabnya adalah karena masya-rakat pobia terhadap bahasa Al-Qur’an. Sementara bahasa Arab adalah ilmu alat yang harus dipelajari untuk memahami maksud dan tujuan dari kalam Allah SWT. (Al-Qur’an), dan tidak akan mungkin Al-Qur’an sebagai petunjuk bisa diamalkan tanpa melalui proses pemahaman yang meliputi bahasa, tafsiran, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Rasulullah pernah bersabda:
“Dari Ibnu Abbas cintailah baha-sa arab karena tiga hal: saya adalah seorang bangsa Arab, Al-Qur’an berbahasa Arab, dan percakapan penghuni syurga menggunakan baha-sa Arab.” (HR. Muslim)
Oleh karenanya Umar bin Khathab sahabat rasulullah SAW. pernah mengatakan bahwa:
“Hendaklah kalian tamak (antu-sias) dalam mempelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab itu merupakan bagian dari agamamu.”
Dan masih banyak lagi ungkapan para ulama yang menyatakan bahwa pentingnya belajar bahasa Arab. Allah SWT. telah menjamin kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an melalui firmannya dalam surat Al-Qomar, bahkan ayat yang menerangkan tentang hal itu diulang sampai empat kali yaitu, pada ayat 17, 22, 32, dan 40.:
       (القمر : ۶۰־۳۲־۲۲־۱۷)
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran (mempelaj-ari)?”
Jaminan dalam ayat ini tidak ada pengecualian, atau dengan kata lain asal memiliki kemauan pasti bisa memahami Al-Qur’an. Sebagai petun-juk manusia dan alam semesta tentunya sudah diperhitungkan oleh Allah SWT. kadar kemampuan makhluknya. Allah SWT. telah menjamin mudah mempelajari Al-Qur’an dan selanjutnya dikembalikan kepada mahluknya, mau atau tidak mereka mempelajari pedoman hidup ini. Karena manusia tanpa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman maka bisa dipastikan dia akan merugi atau tersesat dan tشnpa ruh Al-Qur’an dia akan menjadi makhluk yang terhina. Al-Qur’an dalam bahasa Arab, bagi bangsa-bangsa non Arab yang tidak menguasai bahasa Arab akan menga-lami kesulitan dalam memahami isi Al-Qur’an, untuk mengatasi kesulitan tersebut diperlukan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahas yang digu-nakan masyarakat yang bersangkutan.
Banyak metode menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia bermunculan, mulai dari yang belajar secara tradisional yaitu dengan cara mempelajari semua komponen bahasa Arab seperti yang diterapkan diber-bagai pondok pesantren, sampai metode yang peraktis seperti metode menerjemah Al-Qur’an sietem 40 jam yang berkantor di masjid Istiqlal Jakarta, yaitu hanya dengan mem-pelajari komponen-komponen yang sering digunakan dalam bahasa Al-Qur’an saja, bisa memahami penerjemahan Al-Qur’an, atau maksud dari ayat-ayat yang dibaca. Metode Granada merupakan satu metode terbaru yang menjadikan kunci-kunci (komponen-komponen inti) bahasa Al-Qur’an sebagai langkah-langkah untuk menerjemah Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam penerapannya, Metode Granada ini menggunakan empat langkah, Pertama, menguasai kom-ponen kalimat dalam bahasa Arab seperti: Isim (kata benda), Fiil (kata kerja), Huruf (kata yang tidak bisa dipahami maknanya kalau tidak disambungkan dengan yang lain), Kedua, menguasai kata-kata tak berubah (yang tidak berakar), seperti: huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung, dan kata tunjuk. Ketiga, menguasai rumus Granada. Keempat, latihan yang istiqomah yang dibantu dengan alat-alat seperti: kamus Arab-Indonesia, Al-Qur’an terjemahan, dan tafsir Ibnu Katsir.
Yang menarik pada metode ini adalah sangat mudah untuk dipelajari oleh siapapun dan tidak perlu modal pengetahuan bahasa Arab khusus, hal ini menurut pengakuan dari bapak Mojiyono (teknisi AC) dan ibu Rahimah (profesional) yang telah lulus dari pelatihan, ungkapan ini penulis kutip dari VCD panduan Metode Granada. Kelebihan lain yang dimiliki oleh Metode Granada adalah proses pembelajaran yang tidak berbelit-belit, sehingga tidak mema-kan waktu yang lama untuk mem-pelajarinya.
Metode Granada ini telah dipa-tenkan sejak tahun 2001 dan telah menghasilkan para lulusan yang sangat memuaskan, seperti: pesantren Tombo Ati Malang, Jawa Timur, Panti Asuhan Putra Mulia Jln. Bangunan Timur No. 14 Jakarta Timur, Bape-dalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) DKI, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dan PT BUKAKA Cileungsi Bogor.
Dari uraian di atas maka penulis menjadikan Metode Granada ini sebagai penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI METODE GRA-NADA DALAM PEMBELAJARAN PENERJEMAHAN AL-QUR’AN” (Studi Kasus Panti Asuhan Putra Mulia Jln. Bangunan Timur No. 14 Jakarta Timur).
Granada adalah satu metode untuk memahami bahasa Al-Quran dengan mempelajari rumus kunci komponen bahasa Al-Qur’an, melalui modul dan kamus Granada, Sehingga nantinya dapat mengartikan atau mener-jemahkan Al-Qur’an dengan hitungan huruf.
Metode Granada, merupakan satu metode yang terbaru yang menjadikan kunci-kunci (komponen-komponen initi) bahasa Al-Qur’an sebagai langkah-langkah untuk menerjemah Al-Qur’an. yang berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut, dengan tujuan menciptakan kader-kader generasi muslim ideal mema-hami Al-Qur’an dengan baik, sehingga mampu memberikan solusi dan menjawab tantangan zaman sesuai dengan nilai-nilai qurani.
Dalam penerapannya, metode ini menggunakan empat langkah jitu, Pertama, menguasai komponen ka-limat dalam bahasa arab seperti: Isim (kata benda), Fiil (kata kerja), Huruf (kata yang tidak bisa dipahami maknanya kalau tidak disambungkan dengan yang lain), Kedua, menguasai kata-kata tak berubah (yang tidak berakar), seperti: huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung, dan kata tunjuk. Ketiga, menguasai rumus Granada. Keempat, latihan yang istiqomah yang dibantu dengan alat-alat seperti: kamus Arab Indonesia, Al-Qur’an terjemahan departemen agama, dan tafsir Ibnu Katsir.
Metode Granada telah dipatenkan sejak tahun 2001 dan telah telah menghasilkan para lulusan yang sangat memuaskan, seperti: pesantren Tombo Ati Malang, Jawa Timur, Panti Asuhan Putra Mulia Jln. Bangunan Timur No. 14 Jakarta Timur, BAPEDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) DKI, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dan PT. BUKAKA Cileungsi Bogor.

Paparan Data dan Temuan Pene-litian
A. Deskripsi Data
Metode Granada ditemukan oleh ustazd Solihin Bunyamin Ahmad Lc., Berawal dari keseriusan dia dalam mengajarkan Al-Qur’an (Tahsin dan Tahfizd), bahasa Arab (Nahwu dan Shorof), mulai tahun 1998 sampai sekarang, dan dilakukan diberbagai tempat, serta dengan berbagai meto-de, maka akhirnya menemukan satu metode yang dia namakan Granada.
Metode ini telah diujicobakan selama empat tahun yaitu dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 dan baru dipatenkan pada tanggal 15 Juli tahun 2001, tingkat keberhasilan metode ini mencapai 80% dan hingga saat ini telah meluluskan lebih dari 5.500 peserta. Metode Granada juga dilengkapi dengan VCD tutorial yang mempermudah proses pembelajaran. Metode Granada beralamat di Jln. Mekar Baru 1 No. 19 Jakarta.
Panti Asuhan Putra Mulia Jakarta Timur berdiri di atas tanah seluas 8.470 m2 dengan luas bangunan 5.000 m2 yang terdiri dari satu masjid, tiga blok bangunan bertingkat dua, dan berdiri sejak tahun 1991. Panti Asuhan Putra Mulia Jakarta Timur beralamat di jalan Bangunan Timur, Kayu Putih Jakarta Timur. Murid yang mengikuti pelatihan metode Granada di Panti Asuhan Putra Mulia Jakarta Timur sebanyak 30 orang, dan telah meluluskan sebanyak 310 peserta, yang terdiri dari 11 angkatan.

B. Metode Pendidikan Metode Granada
Pemandu/Ustadz/Pengajar membe-rikan kunci-kunci bahasa Al-Qur’an kepada Peserta didik secara global dan gamblang tentang hal-hal berikut: Pertama, menguasai komponen kali-mat dalam bahasa Arab, dalam poin pertama ini pembahasan terfokus pada kata benda (Isim), kata kerja (Fiil), dan Huruf. Kedua, menguasai kata-kata tak berubah (kata-kata yang tidak berakar) seperti: huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung dan kata tunjuk. Dan Ketiga, menguasai rumus Granada beserta aplikasinya. Serta Keempat, latihan yang istiqomah dengan dibantu beberapa alat.
Alat bantu yang dipergunakan adalah Kamus bahasa Arab-Indo-nesia dan Indonesia-Arab; Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama; Tafsir Ibnu Katsir; VCD (Kondisional); Spidol; White board
Pengajar dan Peserta
1). Pengajar
Pengajar Metode Granada harus memahami bahasa Arab dan perangkat pendukungnya. Oleh karenanya keba-nyakan pengajar Metode Granada adalah minimal mahasiswa LIPIA tingkat enam dan lulusan atau lulusan pelatihan metode ini, yang sudah melalui proses seleksi atau lulusan pondok pesantren yang berkualitas seperti Gontor dan pesantren-pesan-tren lain.
2). Peserta
Dari hasil wawancara dengan penemu Metode Granada, Ustadz Solihin Bunyamin Ahmad, ada bebe-rapa syarat peserta yang merupakan suatu keharusan yaitu: Dari segi usia minimal 13 tahun maksimal 65 tahun atau minimal pendidikan terakhir sekolah menengah pertama (SMP) dan yang lebih penting lagi calon peserta harus lancar membaca Al-Qur’an serta yang tidak kalah penting dari syarat-syarat sebelumnya adalah peserta harus memiliki semangat yang tinggi untuk bisa menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an.

C. Temuan dan Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi, dapat dipaparkan bahwa dalam pelaksanaan Metode Granada pada pembelajaran penerjemahan Al-Qur’an, tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran pada umumnya, yaitu awalnya Ustadz/Instruktur membuka pelajaran dengan salam, memuji Allah, shalawat, dan mengulang kem-bali yang hasil pertemuan sebelumnya (kalau sudah pernah dimulai) kemu-dian dilanjutkan dengan prolog awal dari apa yang akan dipelajari dan selanjutnya, sebelum masuk pelajaran baru para peserta didik diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang mungkin belum mereka pahami dari pelajaran sebelumnya, setelah menjawab berbagai pertanyaan baru kemudian Ustadz/Instruktur masuk kepada pembahasan yang selanjutnya.
Berlatih menerjemah Al-Qur’an secara istiqomah bukan saja akan menambah kosa kata, pengalaman dan wawasan, tetapi juga akan mening-katkan kedekatan kita kepada Allah SWT. Karena Al-Qur’an adalah firman-Nya dan setiap satu huruf bernilai sepuluh kebaikan jika dibaca. Apa lagi jika dibaca, dipelajari bahasa dan tafsirnya. Tentu Allah akan lebih berpihak kepadanya dan akan lebih banyak mencurahkan rahmat-Nya.
Dengan berlatih istiqomah mener-jemah Al-Qur’an, sering membaca Al-Qur’an dan mencoba menerje-mahkannya kata perkata sesuai dengan kaedah yang telah diperoleh maka peserta akan cepat dapat mengapli-kasikan rumus-rumus yang telah mereka dapatkan. Jika selesai satu ayat, maka terjemahan secara hari-fiyyah tadi diolah menjadi terjemah maknawiyah yang mudah dipahami. Dalam proses penerjemahan makna-wiyah ini peserta dapat menjadikan Al-Qur’an terjemah departemen aga-ma atau yang lainnya. supaya tidak terjadi penafsiran atau pemahaman yang keliru. Maka peserta harus men-jadikan tafsif sebagai rujukan. Tafsir rujukan yang dianjurkan adalah tafsir Ibnu Katsir.
Namun dalam poin terakhir ini (latihan yang istiqomah) para peserta pelatihan Metode Granada akan di-bimbing oleh ustazd/instruktur dengan menggunakan surat Al-Fatihah dan juz pertama kitab suci Al-Qur’an sebagai bahan latihan
Dari pengamatan yang penulis lakukan di lapangan penelitian, para responden mengakui bahwa metode ini sangat efektif, karena sangat mudah untuk dipahami dan dipelajari oleh siapapun ditambah lagi dengan lengkapnya fasilitas pendukung seperti buku panduan yang sangat ringkas dan VCD tutorial dan para pengajar yang ahli dibidangnya.
Selain pengakuan dari para responden, keevektifan metode ini dapat dilihat juga dari singkatnya waktu yang diperlukan untuk mema-hami Metode Granada, yaitu hanya dengan delapan jam atau delapan kali pertemuan, dengan alokasi waktu satu jam per-pertemuan, para peserta didik sudah bisa memahami maksud yang dikandung oleh ayat yang mereka baca. Keevektifan Metode Granada dapat dilihat juga dari alumni dan tingkat kesuksesan yang dicapai hingga 80%.
Dari hasil pengamatan lapangan, ada beberapa faktor yang mendukung proses pembelajaran Metode Granada yaitu: Pengajar yang mengawal pro-ses pembelajaran adalah mereka yang sangat memahami bahasa Arab. Ka-rena para pengajar Metode Granada direkrut dari lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pendiddikan Indonesia Arabia) dan lulusan pesantren dan alumni dari pelatihan Metode Granada; Peserta dibantu dengan modul dan VCD tutorial yang merangkum semua materi yang akan dipelajari; Metode yang sangat singkat dan padat sehingga tidak bertele-tele sehingga tidakmemakan waktu yang lama; Adanya semangat ingin tau yang begitu mendalam dari para peserta; Pola penyampaian yang Variatif
Dari hasil pengamatan lapangan yang, ada hal yang menghambat proses pembelajaran Metode Granada yaitu sebagai berikut: Latar belakang peserta yang berbeda-beda menjadikan jalannya pelaksanaan proses pem-belajaran menjadi tersendat dan tidak lancar karena kemampuan baca dan tulis peserta belajar yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dari hasil observasi dan wawancara ada beberapa hal yang perlu dipaparkan dalam temuan penelitian yang merupakan fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan Metode Granada pada pembelajaran penerjemahan Al-Qur’an, tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran peda umumnya seperti bahasa Inggris dan agama Islam, yaitu awalnya ustazd/Instruktur membuka pelajaran dengan salam, memuji Allah SAW., sholawat dan mengulang kembali yang hasil pertemuan sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan prolog awal dari apa yang akan dipelajari dan selanjutnya, sebelum masuk pelajaran baru, para peserta didik diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang mungkin belum mereka pahami dari pelajaran sebelumnya, setelah menjawab berbagai pertanyaan baru kemudian ustazd/Instruktur masuk kepada pembahasan yang selanjutnya. Dalam penerapanya Metode Granada memakai empat langkah yang harus diikuti secara sistimatis yaitu: (1) Menguasai komponen kalimat dalam bahasa Arab. Dalam poin pertama ini pembahasan terfokus pada kata benda (Isim), kata kerja (Fiil), dan Huruf (kata yang tidak bermakna kalau tidak di gabungkan dengan yang lainnya); (2) Menguasai kata-kata tak berubah (kata-kata yang tidak berakar) seperti: huruf bermakna, kata ganti (Dhomir), kata penghubung (Isim mausul) dan kata tunjuk (Ismul Isyarah); (3) Menguasai rumus Granada beserta aplikasinya; (4) Latihan yang istiqo-mah dengan dibantu beberapa alat, seperti kamus bahasa Arab, Al-Qur’an terjemahan departamen agama, dan tafsir Ibnu Katsir.
Metode pembelajaran yang dite-rapkan pada Metode Granada adalah berusaha menghilangkan dikotomi dalam pembelajaran karena sesung-guhnya ilmu milik Allah SWT. Dengan dihilangkannya dikotomi dalam pembelajaran dalam budaya keilmuan Islam, akan menjadi model pembelajaran yang sempurna. Karena Allah SWT. Tidak hanya mengajarkan manusia akan tetapi kepada seluruh makhluk-Nya baik yang ada di langit maupun di bumi, sampai-sampai malaikatpun mau bersujud kepada nabiyyullah Adam as. Sebagaimana firmannya:
                     •                                   •                                          (البقرة : ۳۶־۳۰)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfir-man kepada Para Malaikat: "Sesung-guhnya aku hendak menjadikan seo-rang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men-sucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruh-nya, kemudian mengemuka-kannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Na-ma-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepa-damu, bahwa Sesungguhnya aku me-ngetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" 34. Dan (ingatlah) ketika Kami ber-firman kepada Para Malaikat: "Sujud-lah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 30-34)
Melihat pembahasan di atas seha-rusnya seluruh lembaga pendidikan menghilangkan dikotomi pendidikan untuk menciptakan kemajuan dan kesehteraan umat manusia sebagai khalifah di muka bumi sebagaimana diterangkan oleh Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 30.
Dari pengamatan yang penulis lakukan di lapangan, para responden mengakui bahwa metode ini sangat efektif, karena sangat mudah untuk dipahami dan dipelajari oleh siapapun ditambah lagi dengan lengkapnya fasilitas pendukung seperti buku panduan yang sangat ringkas dan VCD tutorial.
Selain pengakuan dari para responden, keefektifan metode ini dapat dilihat juga dari singkatnya waktu yang diperlukan untuk mema-hami Metode Granada, yaitu hanya dengan delapan jam atau delapan kali pertemuan, dengan alokasi waktu satu jam per-pertemuan, para peserta didik sudah bisa memahami maksud yang dikandung oleh ayat yang mereka baca. Keefektifan Metode Granada juga dapat dilihat dari alumni dan tingkat kesuksesan peserta yang bisa menerjemahkan Al-Qur’an mencapai 80%.dari jumlah peserta
Adapun hal yang mendukung penerapan metode Granada adalah karena metode granada memiliki mo-dul panduan mengajar yang disusun dengan sistimatis sehingga para pengajar tinggal mengikuti petunjuk modul, dan dilengkapi dengan VCD tutorial pendukung. Faktor pendukung dalam mempelajari metode Granada yang lain adalah waktu yang di-butuhkan yang relatif singkat dalam mempelajarinya karma hanya dengan delapan kali pertemuan, sudah langsung masuk pada praktek dan ditambah lagi dengan para pengajar yang sangat menguasai. Untuk lebih jelas, dari hasil pengamatan lapangan, ada beberapa faktor yang mendukung proses pembelajaran Metode Granada yaitu:
Pertama, pengajar yang mengawal proses pembelajaran adalah mereka yang sangat memahami bahasa Arab. Karena para pengajar Metode Granada direkrut dari lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pendiddikan Indonesia Arabia) dan lulusan pesantren dan alumni dari pelatihan Metode Granada Kedua, peserta dibantu dengan modul dan VCD tutorial yang merangkum semua materi yang akan dipelajari. Ketiga, metode yang sangat singkat dan padat sehingga tidak bertele-tele sehingga tidakmemakan waktu yang lama. Keempat, adanya semangat ingin tau yang begitu mendalam dari para peserta. Dan yang Kelima, pola penyampaian yang berfariasi
Pada umumnya hambatan yang sering dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa arab sebelumnya, dan pada saat balajar menulis hafal (Imla’). Dan bagi para pendidik faktor penghambat yang sering di hadapi adalah latar belakang peserta yang berbeda-beda menjadikan jalannya pelaksanaan pembelajaran menjadi tersendat dan tidak lancar, karena kemampuan baca dan tulis peserta yang berbeda-beda. Oleh karenanya para pengajar Metode Granada harus menjaga semangat para peserta pada pertemuan diawal-awal.
Adapun hambatan yang sering dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa Arab.

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, seperti yang telah dibahas pada bab-bab sebelum-nya, maka dalam bab ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Metode Granada pada pembelajaran penerjemahan Al-Qur’-an, adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang aktif dan inovatif yang berkesinambungan, dihitung de-ngan media pembelajaran yang ver-agam serta kreatifitas pendidik dalam memodifikasi metode pembelajaran yang ada serta disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Dalam penerapanya Metode Gra-nada memakai empat langkah yang harus diikuti secara sistimatis yaitu: pertama, Menguasai komponen kali-mat dalam bahasa Arab, dalam poin pertama ini pembahasan terfokus pada kata benda (Isim), kata kerja (Fiil), dan Huruf (kata yang tidak bermakna kalau tidak di gabungkan dengan yang lainnya). Kedua, Menguasai kata-kata tak berubah (kata-kata yang tidak berakar) seperti: huruf bermakna, kata ganti (Dhomir), kata penghubung (Isim mausul) dan kata tunjuk (Ismul Isyarah). Ketiga, Menguasai rumus Granada beserta aplikasinya dan lang-kah yang keempat, adalah dengan me-lakukan latihan yang istiqomah dengan dibantu beberapa alat, seperti kamus bahasa Arab, Al-Qur’an ter-jemahan departamen agama, dan tafsir Ibnu Katsir.
Dari pengakuan para responden, keefektifan metode ini dapat dilihat dari singkatnya waktu yang diperlukan untuk memahami, yaitu hanya dengan delapan jam atau delapan kali per-temuan, dengan alokasi waktu satu jam per-pertemuan, para peserta didik sudah bisa memahami maksud yang dikandung oleh ayat yang mereka baca. Keefektifan Metode Granada juga dapat dilihat dari alumni dan tingkat kesuksesan peserta yang bisa menerjemahkan Al-Qur’an mencapai 80%.dari jumlah peserta
Beberapa faktor yang mendukung proses pembelajaran Metode Granada yaitu: Pertama, pengajar yang me-ngawal proses pembelajaran adalah mereka yang sangat memahami ba-hasa Arab. Karena para pengajar Metode Granada direkrut dari lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pendiddikan Indonesia Arabia) dan lulusan pe-santren dan alumni dari pelatihan Metode Granada Kedua, peserta dibantu dengan modul dan VCD tutorial yang merangkum semua materi yang akan dipelajari. Ketiga, metode yang sangat singkat dan padat sehingga tidak bertele-tele sehingga tidakmemakan waktu yang lama. Keempat, adanya semangat ingin tau yang begitu mendalam dari para peserta. Dan yang Kelima, pola penyampaian yang berfariasi
Pada umumnya hambatan yang sering dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa arab sebelumnya, dan pada saat balajar menulis hafal (Imla’). Dan bagi para pendidik faktor penghambat yang sering di hadapi adalah latar belakang peserta yang berbeda-beda menjadikan jalannya pelaksanaan pembelajaran menjadi tersendat dan tidak lancar, karena kemampuan baca dan tulis peserta yang berbeda-beda. habatan yang dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa Arab.
Untuk memudahkan dalam memahami implikasi dari penelitian implementasi Metode Granada dalam pembelajaran penterjemaha Al-Qur’an maka penulis menyusun dengan me-ngikuti urutan pada fokus penelitian sebagai berikut:
Metode pembelajaran Granada dalam pembelajaran penterjemahan Al-Qur’an, merupakan metode pem-belajaran yang diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi Islam yang mampu memahami isi kan-dungan Al-Qur’an dengan baik dan benar dan berwawasan islami, yang mempunyai kemampuan memahami bahasa arab. Khususnya dalam memahami terjemahan dari teks-teks bahasa Arab. Dalam metode pem-belajaran bahasa Arab Metode Gra-nada merupakan salah satu alternative dalam pembelajaran penterjemahan lebih khususl lagi dalam memahami penerjemahan Al-Qur’an.
Keefektifan metode Granada dapat dilihat dari singkatnya waktu yang diperlukan untuk memahami, yaitu hanya dengan delapan jam atau delapan kali pertemuan, dengan alokasi waktu satu jam per-pertemuan, para peserta didik sudah bisa mema-hami maksud yang dikandung oleh ayat yang mereka baca. Keefektifan Metode Granada juga dapat dilihat dari alumni dan tingkat kesuksesan peserta yang bisa menerjemahkan Al-Qur’an mencapai 80%.dari jumlah peserta
Faktor pendukung dan penghambat metode granada dalam pembeljaran penerjemahan Al-Qur'an terdiri dari faktor internal dan eksternal, adapun faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
Faktor yang mendukung proses pembelajaran Metode Granada yaitu: Pertama, pengajar yang mengawal proses pembelajaran adalah mereka yang sangat memahami bahasa Arab. Karena para pengajar Metode Granada direkrut dari lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pendiddikan Indonesia Arabia) dan lulusan pesantren dan alumni dari pelatihan Metode Granada Kedua, peserta dibantu dengan modul dan VCD tutorial yang merangkum semua materi yang akan dipelajari. Ketiga, metode yang sangat singkat dan padat sehingga tidak bertele-tele sehingga tidakmemakan waktu yang lama. Keempat, adanya semangat ingin tau yang begitu mendalam dari para peserta. Dan yang Kelima, pola penyampaian yang berfariasi
Pada umumnya hambatan yang sering dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa arab sebelumnya, dan pada saat balajar menulis hafal (Imla’). Dan bagi para pendidik faktor penghambat yang sering di hadapi adalah latar belakang peserta yang berbeda-beda menjadikan jalannya pelaksanaan pembelajaran menjadi tersendat dan tidak lancar, karena kemampuan baca dan tulis peserta yang berbeda-beda. habatan yang dihadapi oleh para peserta adalah susah beradaptasi dengan metode ini pada awal-awal pertemuan, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa Arab.

Referensi

Ahmad, Bunyamin Solihin, Panduan Belajar dan Mengajar 8 Jam bisa menerjemah Al-Qur’an metode Granada sistem 4 langkah, Jakarta: Granada Nadia, cet IV 2007
Al-Khandhalawi, Maulana Zakariya, Himpunan Fadhail 'Amal, Ban-dung:Pustaka Ramadan, 2000
Colin, Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for the 21 st Century, Bandung: Nuansa, cet. Kedua, 2002
Departemen Agama Republik Indone-sia Jakarta, Al-Qur'an dan ter-jemahnya, Bandung : Syaamil Cipta Media, Edisi Revisi, 2004
Departemen haji dan wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an dan Terje-mahannya, Madinah Munawwarah 1971. .
Departemen Agama Republik Indone-sia, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam: 2001
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pem-belajaran, Jakarta: Bumi Askara, cet. keempat, 2005
Imam Al-Bukhari, Terjemahan Shahih Bukhari, Kuala Lumpur: 1996 M.
Khaliq, Abdurrahman Abdul, Bagai-mana Menghafal Al-Qur'an, Ja-karta Timur: Pustaka Al-Kautsar, cet. Kesembilan, 2006
Moleong, Lexy J. Metodologi Peneli-tian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Nawabuddin, Abdurrab, Tehnik Meng-hafal Al-Qur'an, Bandung: Sinar Baru Algensindo, cet. Ke-empat, 2005
Nuryanis, Panduan Pendidikan Aga-ma Islam pada Masyarakat, Jakar-ta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003
Percival, Fred, dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1988
Prayitno, Irwan, Kepribadian Muslim, Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, cet. Pertama, 2005
Prayitno, Irwan, Makrifatul Qur'an, Jakarta: Departemen Kaderisasi DPP Partai Keadilan, cet. Pertama, 2002
Rouf, Abdul Aziz Abdur, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur'an, Jakarta Timur: Al-Fin Press, cet. Ke enam, edisi, revisi, 1427 H.
Rouf, Abdul Aziz Abdur, Tarbiyah Syahsiyah Qur'aniyah (memba-ngun kepribadian qur'ani), Jakarta Timur: Markaz Al-Qur'an, cet. Ketiga, 2006
Sanusi, Abu Fuad Firdaus Ahmad, Pedoman Pendidikan Islam Sejak Anak Dalam Kandungan Hingga Dewasa, Pustaka Abu Hurairah, cet. Pertama, 2005
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, cet. XIV, 1997 M.
Sugianto, Ilham Agus, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur'an, Banjaran Bandung: Mujahid Press, cet. Pertama, 2004
Tim 40 Jam, Sekilas metode mener-jemah Al-Qur’an sietem 40 jam, Jakarta: 2003
Universitas Islam Indonesia, Mukad-dimah Al-Qur’an dan Tafsir, Yokyakarta: PT. Verisia Yogya Grafika (milik badan wakaf Universitas Islam Indonesia) 1995.

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus