Gallery

Gallery
Asia Leader Forum di Jepang

Kamis, 03 Maret 2011

Artikel

Studi Analisis terhadap Eksistensi Mata Kuliah
Hadits Tarbawi
Munir Abbas Bukhori


Abstract. The title of this article is the study of Existence Analysis Subjects Tarbawi Hadith. From this article it can be concluded that the Hadith tarbawi is one of the courses for students of the Faculty of Islamic Studies Department Tarbiyah or Islamic Religious Education, as MKDK with weights two Credits and delivered in semester one. The course is presented as a briefing to the students to understand and appreciate the clues prophet Muhammad SAW and can convey to the learners after becoming a teacher. The mention of Hadith Tarbawi is an effort for the election of the hadiths that there will be MKDK each department. Because virtually all the hadith of the Prophet are as tarbiyah/education for students, as advice to be followed and Uswah (example) for a Muslim. Although the naming of hadith tarbawi including corny, but the benefit for students especially for students of Islamic Religious Education, then it can be accepted. Source books of this subject, many in the access of al-Lu'lu 'wa al-Marjan and Riyadh al-Shalihin. Imam Nawawi much influence on this subject. We recommend library books complement source, as a service to students in addition to devotion to the Islamic sciences.

Pendahuluan
Nabi Muhammad SAW. di utus oleh Allah SWT. ke muka bumi ini adalah untuk menjadi suri tauladan bagi umat manusia, sehingga segala sesuatu yang bersumber dari beliau, baik ucapan, perbuatan, sifat-sifat dan persetujuan, adalah menjadi panutan bagi umatnya, dulu, kini dan mendatang. Ini artinya bahwa setiap hadist di mana asal-usulnya dari Rasulullah SAW. adalah untuk mem-berikan pendidikan, panutan dan tuntutnan bagi umatnya, yang berarti pula setiap hadist bias dikategorikan sebagai tarbiyah/pendidikan umat.
Namun dewasa ini, diadakannya pengelompokan hadist-hadist Nabi menjadi berbagai kelompok/bab, di mana salah satu kelompok tersebut ada hadist tarbawi, maka hadist-hadist yang tergolong dalam pendidikan disebut hadist tarbawi, sebagaimana hadist-hadist tetang hukuman disebut hadist hukum, tentang perang disebut hadist jihad, dll.
Pengelompokan hadist-hadist ter-sebut memang sejak masa Imam Malik bin Anas, pengarang al-Muwattho’ sudah dilaksanakan yang kemudian berkembang hingga kini. Penegelompkan ini dilakukan para oleh ulama hadist adalah untuk mempermudah dalam proses pem-belajaranya terutama setelah UIN menetapkan kurikulum mata kuliah hadist tarbawi menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri sebagai komponen MKDK yang harus diambil oleh mahasiswa Fakultas Agama Islam, dengan jumlah SKS 2 di sampaikan pada semester 1.
Dalam pembahasan makalah ini, akan di sampaikan hadist tarbawi sebagai MKDK, relevansinya dengan penanaman tersebut, manfaat yang bias diperoleh mahasiswa, buku-buku sumber yang menjadi rujukan mata kuliah ini serta topik-topik yang di ajarkan.

Pengertian
a. Hadist
Doktor Ajjaj al-Katib membagi ilmu hadist dalam dua macam, ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist diroyah. Pertama, riwayah adalah ilmu yang membahasa tentang segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan/ per-setujuan maupun sifat-sifat Nabi, baik sifat khuluqiyah (budi pekerti/bathin) maupun sifat kholqiyah (bentuk tubuh/lahir). Kedua diroyah, yaitu ilmu untuk mengetahui hakikat riwayat hadist, syarat-sayartnya, jenis dan hukumnya serta sifat dan ahlak perawi hadist, guru-gurunya dan pengelompkan materi yang diriwa-yatkan serta segala yang terkait lainya. Dengan demikian tersebut, hadist riwayah pokok bahasanya adalah matan hadist (perbuatan, ucapan, sfiat persetujuan Nabi) sedangkan hadist diroyah pokok bahasanya adalah sanad hadist, apakah bisa diterima atau tidak. Sementera ulama mengatakan bahwa hadist diroyah sama saja dengan ilmmu hadist, mustholah hadist, ulumul hadist, dll.
Hadist berasal dari kosa kata bahasa Arab “hadatsa” yang berarti peristiwa, kejadian, perkataan ucapa, yang dimaksud di sini adalah segala perbutaan, ucapan atau peristiwa kejadian pada diri Nabi atau pada masa Nabi.
b. Tarbawi
Kata tarbawi berasal dari akar kata “tarbiyah” yang berasal dari ربّى, يربى, تربيّاً, تربيةً dari kata kerja ربى ا (tsulasi) berarti tumbuh/perkembang kemudian diikuti wazan (فعّل) dengan tambahan syiddah pada ain fiilnya untuk ta’diyah. Artinya sewaktu belum ada tambahan tasydid pada ain fiil, kata kerja ini adalah lazim (tidak membutuhkan maf’ul bih/ pelengkap sifat penderita, stelah mendapat tambahan syiddah maka barulah menjadi muta’adi (butuh maf’ul bih/transitif (pelengkap penderita). Selanjutnya dari kata tarbiyah men-jadi nisbat dari kata “hadir” ketentuan nisbat adalah dengan menambahnya ya nisbat. Kalimat “إندونسيا “ menurut bahasa Arab untuk mengataka “orang Indonesia” maka ya’ yang terakhir di buang, diganti dengan ya’ nisabat, menjadi إندونسى . Jakarta جاكرتا menjadi جاكرتى.
Ya’ nibat menjadi إندونسى untuk mudzakar (laki-laki) atau إندونسية untuk muannast (perempuan). Kata جامعة atau جامع menjadi جامعية dan جامعى seprti kalimata
هو استاذ جامعى
هو استاذة جامعية
Untuk kata tarbawi, berasl dari kata تربيةً setelah di masukan ya’ nibat maka ya’ marbhutohnya dibuang menjadi تربيىٌّ karena ada ى tertumpuk tiga, maka untuk menyelematkanya ya’ yang asli dig anti dengan واو, dan harokat kasroh sebelum واو di fathah untuk mempermudah bacaanya, sehingga menjadi تربوى untuk mudzakar (laki-laki) dan تربوية untuk muantas (perempuan). Dengan demikian hadist tarbawi dikategorikan sebagai hadist pendidikan, artiya setiap kata yang berasal dari fiil naqish (lam fiilnya ya’) seperti غزى, نوى, ربى, رمى dll, maka saat dinisbatkan menjadi غزوى, نووى, تربوى, ترموى, namun juga bias membacanya seperti asal, menjadi غزى, نوى, تربى, مرمى dll.

Hadist Tarbawi sebagai Disiplin Ilmu
Dalam silabus Mata Kuliah Hadits standar UIN Jakarta dijelaskan bahwa setelah selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan makna, mufrodat, jum-lah, pemahaman konten hadist-hadist, pengaplikasiannya dan pengembangan pemahaman dalam kaitannya dengan pendidikan. Mata kuliah ini dinamai Hadist Tarbawi sebagai mata kuliah keahlian program studi pada program studi pada program pendidikan bahasa arab yang bersifat mandiri. Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu men-jelaskan mufrodat, jumlah, pema-haman konten hadist-hadist, peng-aplikasiannya dan pengembangan pemahaman dalam pendidikan (Tarbiyah) yang berkaitan dengan tema. Al Ibtida fi Kholqil Insan, Al Ahdaf fi Tarbiyah, Al Mudaris fi Tarbiyah, Al Mutaalim fi Tarbiyah, Al Bawaits fi Tarbiyah, At Thoriqoh fi Tarbiyah, Al Wasail fi Tarbiyah, Al Mashorif fi Tarbiyah, Al Bi’ah fi Tarbiyah, Al Maadah fi Tarbiyah, Al Demokratiyah fi Tarbiyah. Ini salah satu isi dari Mata Kuliah Hadits Tarbawi. Barangkali masih banyak Silabus dalam versi yang lain.
Dengan tercantumnya hadist tarbawi sebagai mata kuliah yang harus diambil oleh para mahasiswa Fakultas Agama Islam jurusan tarbiyah dengan bobot:2 SKS, masuk komponen MKDK, maka mahasiwa harus mencantumkanya mata kuliah hadist dalam SKS pada semester 1.
Dengan mencatumkan mata kuliah ini, diharapkan mahasiswa memahami dan menghayati petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad SAW. berkenaan dengan aspek kelimuaan, keikhlasan dan tingkah laku manusia muslim, baik dalam kapasitas mereka sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial, memlalui proses pendidikan. Yang di maksud melalului proses pendidikan di sini adalah bahwa pemahaman dan penghayatan terhadap hadist-hadist Rasulullah SAW. tersebut, melalui kajian ter-program dan terkordidnir dengan manajemen pendidikan yang baik dan benar, prosedural dan terkontrol. Artinya bahwasanya penyamapaian hadist-hadist Rasulullah SAW. yang berkenan dengan tarbiyah/pendidikan tersebut melalui lembaga pendidikan, di mana di situ ada dosen, guru, ada mahasiswa/murid dan ada tempat belajar/madrasahnya dengan manaje-men yang baik.
Melihat deskripsi mata kuliah yang harus disampaikan kepada mahasiswa maka dijabarkan dalam materi/topik menjadi 14 halaman, dengan dua kali ujian, yaitu UTS dan UAS. Agar mahasiswa bisa mendapatkan hadist-hadist Rasulullah SAW. dan dapat mengaksesnya, buku sumbernya diprioritaskan pada kitab al-Lu’lu wal Marjan, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi’, sebuah kitab yang bersumber dari Jami’ al-Sahih karya al-Bukhori. Di samping itu bias diakses dari buku Riyad al Shalihin, karya an Nawawi. Al Adab alababi, karya Abdul Aziz al Wauli. Fath al Bariy, karya Ibnu Hajar al Atsqalani. Syarah Muslim karya al Nawawi. Dalil al Falihi, karya Muhammad bi Alla al-Shidiq. Al Taj al-Jami’ li al Ushul bi Ahadist al Rasul, karya al-Mansur al Naqib. Aun al-Ma’bud, karya Abu Toyyib Abadi. Tuhfatul al-Ahwadzi Syarah al Turmudzi, karya al-Mubarak Fari.
Dari kesembilan buku rujukan tersebut, yang banyak dipergunakan masyarakat umum adalah kitab Riyadl as Shilihin dengan sayarahnnya Dalil al Fakhir. Shoheh al-Bukhori yang dijabarkan/syarahnya oleh Ibnu Hajar al-Atsqolani dari kitabnya Fath al-bari dan Sahih Muslim yang diberikan syarah oleh al-Nawawi dalam kitabnya Syarah al-Muslim.
Hadist-hadist baik yang tarbawi maupun non tarbawi, termaktub dalam kitab-kitab yang masyhur di kalangan kaum muslimin. Ada 6 kitab yang banyak dipergunakan kaum muslimin sebagai sumber ilmu atau dasar amaliyah karya enam ulama. Keenam ulama tersebut adalah Muhammad bin Ismail al Bukhori 194-252; Muslim bin al Hajjaj al Naisaburi 204-261; Abu Daud al Sijistani 202-275; Abu Isa al Turmusi 209-279; Ahmad bin Syuaib al Nasai 214-303 dan Ibnu Majah al Duzwin 207-275
Materi/topik hadist tarbawi yang disampaikan oleh dosen pengajar kepada mahasiswa semester I FAI Unisma Bekasi adalah komponen MKDK dengan bobot SKS:2. Di harapakan bisa disampaikan dalam 14 kali pertemuan dengan materi/topik Sebagai berikut:
1. Iman,islam,dan ihsan,pengertian dan indikasi-indikasinya
2. Nilai keiklasan dalam beralamal dan istiqomah dalam perbuatan
3. Tingkah laku terpuji dan tercela dan implikasinya dalam proses pendidikan
4. Upaya pemeliharaan diri melalui pentingnya kesehatan
5. Ukhuwah islamiyah dalm perspektif pendidikan islam
6. Dorongan mempelajari dan mengajarkan al-quran serta dorongan dan tanggungjawab menurut pengetahuan
7. Dorongan untuk mencari rezeki yang halal
8. Penanaman rasa kepedulian sosial
9. Surga neraka adalah pilihan, aibat perbuatan makhluk sebagai proses hukuman ilmu pengetahuan
10. Pengamalan ibadah sholat zakat, dan sedekah, puasa dan haji sebagai konsep pengamalan ilmu pengetahuan
11. Amar ma’ruf nahi munkar harus menjadi suri tauladan dari setiap individu terhadap orang lain
12. Pendidikan keluarga, dengan perkawinan sebagai proses awal pembetukam suatu keluarga
13. Tradisi yang baik sebagai warisan pengetahuan sebagai generasi yang akan datang dalam suatu masyarkat
14. Istiqomah dalam memperjuang-kan kebenaran dan bentuk-bentuk perjuangan (jihad) dalam kebenaran
Sebagai buku sumber adalah, sebagi berikut;
1. Muhammad Fuad Abdu Al-Baqri, Al-Lu’lu’ Wal Al-Marjan
2. Al- Nawawi, Riyadh Al-Shalihin
3. Abdul Aziz Al-Khuli Al-Adab Al-Nabawi
4. Ibnu Hajar Al-Aqolani, Fath Al-Bari
5. Al-Nawawi, Syarkh Muslim
6. Muhammad Bin Allan Al-Shiddiq, Dalil Al-Farihin
7. Mansur Ali Nashif, Al-Taj Al-Jami Li Al Ushul Fi Ahaditsi Al-Rosul
8. Abu Thoyib Abadi, Aun Al-Ma;Bud
9. Al-Mubarak Furi, Tuhfat Al-Ahmadzi
Kalau dipelajari dengan seksama, maka hadis tarbawi banyak membahas tentang akhlak, yang dalam kitab-kitab para penulis masuk dalam bab adab. Istilah tarbawi tidak dikenal oleh para penulis hadis terkenal, baik imam hadis yang enam(1), meskipun kitab-kitab kumpulan ensiklopedia hadis-hadis seperti al-jami al-shoqhir fi ahadits al-bashir al-nadzir karya al-sayuti.
Penamaan hadis tarbawi barang-kali di sebabkan adanya pemilihan MKDK, antara fakultas yang menjurus kepada pendidikan (tarbiyah), hukum(syariah), dakwah, ushuluddin dll, sehingga muncul istilsh-istilah hadis tarbawi,….dll. padahal sebe-narnya seluruh hadis adalah tarbiyah buat kaum muslimin, membertikan pendidikan untuk dilaksanakan. Segala apa yang bersumber dari Nabi Muhammad adalah Qudwah (untuk diikuti) dan uswah (untuk diteladani) bagi kaum muslimin, kapanpun dan dimanapun mereka berada. Adapun terjadinya penjurusan sehingga memunculkan istilah-istilah baru, termasuk katagori mengada-ada, namun demi kemash-latan para mahasiswa yang harus mendapatkan pembekalan mata kuliah hadis nabawi, agar terfokus pada jurusannya dan tidak membias, maka tentunya dengan nawaitu yang baik tsb, hasil akhirnya pun akan baik (insya Allah).
Tentang buku sumber, terdapat kitab al-lu’lu’ wal marjan, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, adalah kumpulan hadis-hadis muttafaq alaih, ya’ni yang terdapat dakam kitab al jami al shoheh hanya imam bukhori dan shoheh muslim karya muslim bin al-hajaj al-naishalbani. Ajaran dari kedua kitab shoheh bukhori dan muslim, dilaksanakan oleh ibnu hajaz al-asqolani, dalam kitabnya fathu al-bari yang juga penulis bulughul maram dimana pada bab terakhir dari kitab ini terdapat bab al-adab. Dari bab ini terdapat banyak hadis-hadis yang menjadi pokok bahasan/ topik mata kuliah hadis tarbawi.
Disamping fathul al-bari kitab rujukan/ kitab sumber yang lain adalah syarah muslim , karya al-nawawi. Ini artinya bahwa ketiga kitab rujukan tersebut pada hakeketnya adalah satu, yaitu al-lu’lu’ wal marjan. Disamping itu terdapat kitab riyah al-sholihin karya imam nawawi dan kitab dalil al-falihin karya muhammad bin allan al-shiddiq, kedua kitab ini sebenarnya sama, karena Dalil al-Falihin adalah Syarah Riyadh al-Shalihin. Sebenatnya dari kedua sumber inilah topik-topik hadis tarbawi di akses. Sedangkan kitab-kitab yang lain, seperti al-adab al-nabawi, al-taj al-jamili al-usul fi ahadisi al-rosul, al-aun al-ma’bud maupun tuhfat al-ahwadzi, pencan-tuman kitab-kitab tsb bisa dikatakan sebagai pelengkap, akan lebih baik kalau kalau di perpustakaan fakultas dilengkapi dengan kitab-kitab ter-sebut.

Kesimpulan:
Hadits tarbawi adalah salah satu mata kuliah bagi naha siswa Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah atau Pendidikan Agama Islam, sebagai MKDK dengan bobot SKS:2, disampaikan p-ada semester 1. Mata kuliah ini disampaikan sebagai pembekalan kepada mahasiswa agar memahami dan menghargai petunjuk-petunjuk nabi Muhammad SAW serta bisa menyampaikan kepada para peserta didik binaannya. Setelah menjadi guru. Penamaan hadits nabawi adalah sebagai upaya untuk pemilihan hadits-hadits yang akan dijadikan MKDK pada masing-masing jurusan pada hakekatnya seluruh hadits Nabi adalah sebagai tarbi-yah/pendidikan bagi kaum mahasiswa, sebagai qudwah untuk di-ikuti dan uswah/untuk diteladani. Meskipun penamaan hadits tarbawi termasuk mengada-ada, namun kemashlatan kaum mahasiswa terutama bagi para mahasiswa, maka hal tersebut bisa diterima. Buku-buku sumber mata kuliah ini, banyak di akses dari al-Lu’lu’ wa al-Marjan dan Riyadh al-Shalihin. Imam Nawawi banyak pengaruhnya terhadap mata kuliah ini. Sebaiknya perpustakaan melengkapi buku-buku sumber, sebagai pelayanan kepada mahasiswa di samping pengabdian terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman.

Referensi

Referensi Utama
Muhamad Tatay. (1998) Idhaul Ma’ani al Khafiyah fi Arbain an Nawawiyah. Prancis. Darul Wafa
Ibnu Rusydi (tt) Bidayatul Mujtahid, Beirut. Darul Fikri































Ibnu Hajar al Asqolany (tt) Bulughul
Marom. Bandung. CV Diponogoro
Mahmud Ismail al Kahlany (tt)
Subulus Salam. Bandung. CV Diponogoro

Referensi Pengayaan

An Nawawi Imam Abu Zakariya (1986) Riyadus Sholihin, Terje-mahan, Bandung. PT Al Maarif
Solhi as Sholih. (1981). Jawahurul Adab. Beirut. Darul Fikri
Yusuf Qordhowi (1995) Fatwa Kontemporer (terjemahan). Pusta-ka Gema Insani Press
Abdul Husen ibnu Hajaj (tt) Shohih Muslim. Kairo. Darul Arabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar