Gallery

Gallery
Asia Leader Forum di Jepang

Minggu, 06 Maret 2011

Artikel H. Abdul Khoir

Kesulitan Belajar Sains:
Studi pada Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Sains Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 10 Jatimulya Kab. Bekasi

Abdul Khoir HS.


Abstract: This research aims at objectively describe learning disorder on SAINS instruction among the grade-four student of elementary school in Sekolah Dasar Negeri 10, Jatimulya Kabupaten Bekasi. The focus of the study is to identify the school’s component in which make the student’s disorder in SAINS learning. In this study the school school component was limited into five factor; (1) teacher professionalism, (2) the employing of material learning, (3) the reference books of learning process, (4) the employing of library, (5) the employing of laboratory.
The study is conducted with qualitative method with naturalistic approach, especially ethnography. The datawere collected through an observation, interview, and documentary analysis, especially recorded materials and photo. The subject of research are the students of grade-four. The data were analyzed continuously as long as the implementation of research. The analysis were conducted an inductive method. It was done gradually based on the location of the observation. The validity of data were affirmed by the widespread participation, the accuracy of observation and triangulation techniques.
The research finds that the disability learning of grade-four students of elementary school in SDN 10 Jatmulya Kabupaten Bekasi, was caused by some factor, there were: (1) the content of subject learning on science were overloaded and dominated by foreign’s scientific term, (2) the usege of learning material by the teacher was not yet familiar and had an serious impact in students disability to understand the science subject matter, (3) the teacher has a major role in learning process instead of the students, while the subject’s explanation by the teacher is monoton and bored.


Konteks Penelitian

Peningkatan dan pemerataan kualitas sekolah dasar me-rupakan kepedulian utama peme-rintah dan juga masyarakat, sebab fungsi SD sebagai fondasi penting pendidikan sekolah jenjang berikut-nya. Kualitas dan keberadaannya menjadi sangat penting untuk diper-hatikan sebagai strategi pengem-bangan sumber daya manusia.
Keberhasilan belajar menjadi tolok ukur adanya peningkatan kua-litas sumber daya manusia. Usaha-usaha untuk itu pun telah ditempuh dengan berbagai cara, di antaranya meningkatkan kualitas kemampuan guru, penggunaan media pembel-ajaran yang tepat, menggunakan model-model pendekatan pengajar-an yang efektif dan sebagainya. Namun demikian masih saja di-jumpai sejumlah anak yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan berbagai masalah, baik masalah dari dalam maupun masalah yang disebabkan dari luar diri siswa.
Mengingat adanya siswa yang bermasalah tersebut dan pentingnya pendidikan di tingkat dasar sebagai landasan menuju jenjang pendi-dikan di tingkat lanjutan serta untuk menyiapkan manusia yang berkua-litas, maka diperlukan penanganan secara dini terhadap siswa yang bermasalah terutama anak yang mengalami kesulitan belajar.
Salah satu indikator anak ke-sulitan belajar yaitu prestasi bel-ajarnya sangat rendah, berada di bawah rata-rata kelas. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: (1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yaitu faktor-faktor non-sosial dan faktor-faktor sosial; (2) Faktor-faktor yang ber-asal dari dalam diri siswa yaitu faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis.
Faktor non-sosial yaitu faktor yang bukan dari manusia yaitu antara lain: lingkungan alam, fa-silitas belajar. Sedangkan lingkung-an sosial yaitu lingkungan yang berupa manusia termasuk ling-kungan keluarga, lingkungan ma-syarakat, teman bermain atau guru-gurunya. Faktor psikologis yaitu hal yang mendorong aktivitas bel-ajar. kebiasaan belajar, minat mau-pun motivasi untuk belajar. Se-dangkan faktor fisiologis yaitu ber-hubungan dengan alat inderanya. Faktor lingkungan keluarga me-liputi latar belakang pendidikan orang tua, penghasilan orang tua dan perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya.
Sudah banyak penelitian ten-tang faktor-faktor yang mempe-ngaruhi prestasi belajar. Salah satu-nya hasil penelitian Paigi seba-gaimana dikutip oleh Endang Supartini. Ada enam variable yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) karakteristik latar belakang siswa, (2) karakteistik lingkungan belajar di rumah, (3) organisasi sekolah dan kelas serta lingkungan fisik sekolah, (4) karakteristik ter-tentu pada siswa, (5) lingkungan belajar di kelas dan (6) lokasi sekolah.
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Endang Supartini, dkk di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta 1992. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu, karena: faktor intelegesi di bawah normal, kondisi fisik lemah dan sering sakit, fasilitas belajar kurang memadai, faktor beban tugas di luar sekolah yaitu membantu orang tua, pendidikan orang tua yang rendah, penghasilan orang tua yang rendah.
Kesulitan belajar bagi anak se-kolah dasar juga dapat dipengaruhi oleh mata pelajaran yang dipelajari. Salah satunya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Jatimulya 10 desa Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Berdasarkan penelitian awal pe-nulis dalam menjawab asumsi se-mentara tentang kesulitan belajar mata pelajaran sains, dijumpai gam-baran bahwa dari 35 siswa kelas IV terdapat 24 siswa menjawab mata pelajaran Sains termasuk mata pelajaran yang kurang disenangi dan mata pelajaran Sains dianggap sulit untuk dipelajari ditambah dengan hasil belajar mata pelajaran sains yang rendah.
Oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih jauh tentang ke-sulitan belajar anak sekolah dasar dalam hal ini pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Jatimulya 10 Tambun Selatan Kabupten Bekasi terutama pada mata pelajaran Sains.



Fokus Penelitian
Setelah dilakukan Identifikasi masalah, penelitian ini difokuskan pada pertanyaan: Bagaimana kon-disi lingkungan sekolah yang me-nyebabkan siswa kelas IV meng-alami kesulitan belajar mata pel-ajaran Sains.
Lingkungan sekolah yang di-maksud dalam fokus penelitian ini, mencakup: a) bagaimana muatan materi mata pelajaran Sains yang disajikan? b) bagaimana pemanfaat-an media pembelajaran yang di-gunakan untuk mata pelajaran Sains. c) bagaimana kompetensi guru dalam melaksanakan pem-belajaran mata pelajaran Sains.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai pada tujuan sebagai ma-na yang diinginkan sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh gambaran tentang presentasi jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah; (2) Dapat mengidentifikasi jenis kesulitan belajar siswa sekolah dasar dalam pelaksanaan pembel-ajaran mata pelajaran Sains; (3) Dapat mengetahui apakah lingkung-an sekolah mempengaruhi terjadi-nya kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Sains.
Adapun Manfaat Penelitian un-tuk menunjang keberhasilan pe-ningkatan mutu pendidikan di



sekolah dasar maka suatu strategi
baru harus dirumuskan dengan baik yang berkaitan dengan masalah kesulitan belajar..
Penelitian ini pun diharapkan bermanfaat untuk mengelola pen-didikan dasar dalam rangka menen-tukan kebijakan guna peningkatan layanan pendidikan dasar. Khusus untuk guru mata pelajar Sains, penelitian ini diharapkan membantu menyelesaikan masalah siswa ber-kesulitan belajar sains di sekolah dasar terutama di SDN Jatimulya 10 kecamatan Tambun Selatan, Kabu-paten Bekasi.

ACUAN TEORETIK
A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya mernciptakan kondisi dengan se-ngaja agar tujuan pembelajaran da-pat dipermudah (facilitated) penca-paiannya. Pembelajaran merupak-an serangkaian aktivitas yang ber-upaya meningkatkan kapasitas dan tujuan dari seseorang, kelompok, organisasi dan komunitas untuk mendapatkan sesuatu kemanfaatan dengan menerapkan keterampilan dan pengetahuan baru secara pro-dukstif guna menumbuhkan, mema-tangkan, dan memberi kemampuan beradaptasi pada perubahan dan tantangan dengan sukses.
Pengertian demikian memberi-kan pemahaman bahwa pembe-lajaran adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemampuannya yang dibutuhkan untuk keterampilan hi-dupnya dan dalam rangka ber-adaptasi dengan perubahan serta tantangan kehidupan yang dihada-pinya.
Menurut Morris, pembelajaran adalah kegiatan membantu para siswa mengenai cara belajar yang lebih baik dan efektif agar mereka menjadi orang yang belajar seumur hidup
Pendapat ini mengartikulasi pembelajaran menjadi tiga bagian diantaranya proses pembelajaran memberikan pelayanan kepada siswa, menyajikan kegiatan yang bermakna bagi siswa, dan pembel-ajaran harus mampu meletakkan prinsip belajar seumur hidup kepada siswa.
Sedangkan Miarso, mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu uasaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.
Perubahan gaya hidup yang terjadi akibat teknologi juga menjadi bagian penting yang harus dipertimbangkan dalam pelaksana-an pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran tidak mengalami ke-bakuan melainkan dinamis dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip pendidikan. Kreatifitas da-lam pembelajaran mengarahkan pada pencapaian tujuan pendidkkan secara efektif. Inilah kerja akhir teknologi pendidikan.
Secara operasional pembelajar-an oleh Reigeluth dan Merrill sebagaimana dikutif oleh Miarso berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang besifat pres-kigtif, yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar. Teori ini memperhatikan tiga variable, yaitu variable kondisi,
metode, dan hasil. Kerangka teorinya dapat digambarkan sebagai berikut:












Kerangka teori di atas di-jelaskan oleh Miarso, bahwa setiap metode pembelajaran harus me-ngandung rumusan pengorgani-sasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan, dengan memerhatikan faktor tujuan belajar, hambatan belajar, karakteristik siswa, agar dapat diperoleh efektivitas, efi-siensi, dan daya tarik pembel-ajaran.




B. Hakikat Kesulitan Belajar
Memahami penjelasan teoretis tenng pembelajaran di atas, sejatinya belajar bagi diri siswa adalah adanya perubahan dalam bertingah laku, perubahan dalam kemampuan berpikir sehingga dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya dan lingkungannya. Namun kenyataannya di sekolah sering dijumpai siswa yang memper-oleh prestasi belajar jauh dibawah yang ditetapkan atau norma rata-rata kelas bila dibandingkan dengan teman-teman-nya. Hal ini secara kasar dapat dipandang sebagai indikasi bahwa mereka mengalami kesulitan belajar.
Beberapa istilah yang menun-jukan pengertian kesulitan belajar di antaranya adalah Learning disorder, Learning disability, under achiever, slow learners. Pengertian learning disorders menurut Roos sebagai
mana dikutip oleh Endang Supar-tini, dkk diungkapkan sebagai ber-ikut ;
The term learning disoders should be reserved to identify those chil-dren whose basic capacity to learn is not impaired but whose learning is disrupted or prevented by acqui-red, in copatible responses.
The United States Office of Educa-tion (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan public law (PL) 94-142. yang identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The Nasio-nal Advisory Committee on Han-dicapped Children tahun 1967.
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau le-bih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tu-lisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam peng-lihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, kare-na ganguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan defenisi sebagai berikut :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dima-nifestasikan dalam bentuk kesu-litan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan men-dengarkan, bercakap-cakap, mem-baca, menulis, menalar, atau ke-mampuan dalam bidang studi ma-tematika. Gangguan tersebut in-trinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensori, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau ber-bagai pengaruh lingkungan (mi-ssalnya perbedaan budaya, pem-belajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenetik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung
Dari pengertian tersebut di atas diketahui bahwa anak yang terma-suk learning disorders (kekacauan belajar) adalah keadaan proses bel-ajarnya terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan tetapi potensi dasarnya tidak dirugikan.. Sedangakan pengertian learning disabilities yaitu ketidakmampuan untuk mengikuti pelajaran di se-kolah meskipun kecerdasannya ter-masuk normal, sedikit di atas atau di bawah normal. Learning dis-abilities yaitu kesukaran belajar te-tapi kemampuan berpikirnya nor-mal, sehingga hasil belajarnya ber-ada di bawah potensi intelektual-nya. Pengertian anak under achi-ever hampir sama dengan learning disabilities yaitu anak yang memi-liki potensi intelektual di atas nor-mal tetapi prestasi belajarnya ter-golong rendah. Sedangkan penger-tian lambat belajar (slow learner) adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga mem-butuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan anak pada usia yang sebaya. Hal ini disebabkan karena kemapuan intelektualnya di bawah rata-rata. Mengenai kesulitan belajar di atas mengacu pada suatu kondisi yang ditandai adanya hambatan untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan pengertian learning difficulty me-nurut Ross adalah sebagai berikut :
A learning difficulty repre-sented a discrepancy between a child’s estimated academic p-tential and his actual level of academic performance”.
Bahwa kesulitan belajar ditan-dai dengan adanya perbedaan antara kemampuan akademik yang dimi-liki dengan hasil belajarnya. Dengan demikian dapat dikatakan mereka yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mencapai prestasi bel-ajar yang semestinya berdasarkan kemampuan intelektual, maupun bakatnya.
Sedangkan pengertian kesulitan belajar yang dimaksud dalam pe-nelitian ini yaitu berupa suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai adanya hambatan-ham-batan untuk mencapai tujuan belajar dan ditandai adanya prestasi belajar yang rendah jauh di bawah rata-rata kelas. Dengan demikian yang di-maksud dengan anak yang meng-alami kesulitan belajar adalah anak yang tidak mampu mencapai tingkat penguasaan materi pengajaran khu-sunya mata pelajaran Sains yang telah ditentukan sehingga prestasi belajarnya rendah. Jadi kesulitan belajar identik dengan prestasi belajar yang rendah, berada jauh dibawah rata-rata kelas.
C. Hakikat Mata Pelajaran Sains di Sekolah Dasar
Sains sebagai mata pelajaran di Sekolah sebelumnya dikenal de-ngan sebutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ter-jemahan dari natural science. Karena itu IPA dapat disebut sebagai Sains. Natural artinya ala-miah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Sedangkan science adalah Ilmu Pengetahuan. IPA atau Sains dapat disebutkan sebagai ilmu yang mem-pelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Ruang lingkup sains adalah fisika, biologi dan kimia. Selanjutnya dalam konteks penelitian ini peneliti akan meng-gunakan istilah Sains meng-ingat fokus kajian penelitiannya adalah mata pelajaran Sains.
Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fak-ta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan me-miliki sikap ilmiah.
Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekan-kan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat Membantu siswa untuk memperolah pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran Sains di sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan:
• Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari;
• Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan teknologi;
• Mengembangkan keterampil-an proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat kepu-tusan;
• Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam;
• Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat;
• Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Dilihat dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran Sains di sekolah dasar sesungguhnya sangat berarti dan manfaatnya sangat besar, mengingat sains merupakan penge-tahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi kehidupan yang lebih luas. Pengembangan ke-mampuan siswa dalam bidang sains merupakan kunci keberhasilan pe-ningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan per-ubahan dan memasuki dunia tek-nologi, termasuk teknologi in-formasi. Karena perubahan yang ce-pat dan dramatis ini merupakan fakta dalam kehidupan.
Pemahaman siswa sekolah da-sar tentang sains sangat ditentukan oleh kualitas diri siswa dan peng-ajaran guru pada mata pelajaran sains.

Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan perbandingan ada-lah laporan penelitian Ramelan ten-tang Problem-problem yang di-hadapi Pelaksanaan Pelajaran Matematika Sekolah Dasar kelas III di Daerah Istimewa Yogyakarta, IKIP Yogyakarta, tahun 1984. Ramelan menemukan bahwa masa-lah yang timbul yang berhubungan dengan matematikan yaitu: “…tidak semua murid memiliki buku paket, guru kurang memberikan latihan secara individual”.
Endang Supartini, dkk. dalam laporan penelitiannya tentang Studi Tentang Kesulitan Belajar Siswa Sekolad Dasar Di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, IKIP Yogyakarta, 1992, menemukan bahwa kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika karena pel-ajaran matematika sangat kompleks. Selain mencakup berhitung juga ada konsep aljabar dan geometri.
Bagi anak yang kemampuan berpikirnya lemah akan mengalami kesukaran dalam belajar mate-matika, apalagi didukung oleh gizi yang kurang dan pendidikan orang tua yang rendah serta lingkungan belajar yang tidak memadai seperti guru, buku-buku dan sarana pe-latihan.

Metodologi Penelitian
A. Pendekatan yang
Digunakan
Penelitian ini adalah Naturalis-tik, menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ber-sifat paparan dari sejumlah data alamiah yang diuraikan dengan mengikuti langkah-langkah dan proses keilmuan.
Metodologi kualitatif merupa-kan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa ungkapan atau catatan perilaku yang dapat diamati, yang menghasilkan temu-an-temuan dan dapat dipertangung jawabkan secara ilmiah.
Mengacu pada landasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk me-nemukan informasi tentang ber-bagai sebab kesulitan belajar siswa kelas IV SDN 10 Jatimulya dalam mempelajari mata pelajaran Sains. Karena itu kebutuahn utama pe-nelitian ini adalah menemukan fakta dan data empiris secara langsung dilapangan. Teknis operasional penelitian dilakukan secara lang-sung oleh peneliti melalui pen-dekatan Observasi, wawancara, dan dokumentasi.

B. Data dan Sumber Data
Penelitian ini akan meni-tikberatkan pada satuan kajian proses kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Sains yang di-lakukan dalam kelas, kegiatan siswa sebelum dan sesudah belajar di kelas, dan mengamati tingkat perkembangan prestasi melalui nilai yang diperoleh, serta menelusuri aspek penghambat yang menye-babkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
Instrumen penelitian dalam pencarian data di latar penelitian adalah peneliti sendiri. Hal itu adalah suatu kekhasan dari pene-litian kualitatif yang memung-kinkan peneliti dapat menjadi instrumen penelitian sekaligus.
Pengumpulan data mengguna-kan etnografi, dimana kegiatan inti dari etnografi adalah pemahaman makna suatu tindakan dan peris-tiwa-peristiwa yang terjadi di dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian.
Data diperoleh dari satu situasi sosial yang sesuai dengan fokus penelitian ini. Sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini men-cakup: (1) dokumen sekolah dianta-ranya lokasi sekolah, denah, fasilitas, jumlah guru dan karyawan, jumlah murid, serta jumlah kelas; (2) Jadwal kegiatan pembelajaran; (3) Satuan pelajaran yang dibuat guru; (4) Berbagai aktivitas, peris-tiwa, pendapat, dan yang terkait dengan fakus penelitian ini seperti aktivitas pembelajaran, peristiwa atau kegiatan rutin para siswa, pendapat guru, siswa dan kepala sekolah, serta dokumen kegiatan pembelajaran yang berupa catatan guru tentang siswa sehari-hari, media pembelajaran, dan karya-karya siswa yang terkait dengan penelitian ini.
Pelaksanaan analisis data dila-kukan secara tahap demi tahap sesuai focus penelitian. Data yang diperoleh melalui observasi, wa-wancara dan dokumentasi diolah secara induktif. Tahapan ini meng-gunakan rumusan analisis domain, analisis taksonomi dan analisis tema.
a. Analisis Domain
Menurut Spradley ada enam tahapan yang dilakukan dalam ana-lisis domain: (1) memilih salah satu hubungan semantic, (2) menyiapkan lembar analisis domain, (3) memilih salah satu sample catatan lapangan yang dibuat terakhir, (4) mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantic dari catatan lapangan, (5) meng-ulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantic habis, dan (6) membuat daftar yang ditemukan.
Hubungan semantik secara ke-seluruahn ada sembilan katago-risasi, yakni hubungan semantic termasuk, sebab akibat, rasional, lokasi tempat bertindak, fungsi, alat tujuan, cara tujuan, urutan, dan memberi atribut atau memberi nama. Lihat table 1.
Table 1. Hubungan-hubungan semantik universal:

Hubungan Bentuk Contoh-contoh
Termasuk X adalah termasuk sejenis Y Membuka pelajaran termasuk salah satu tahapan pembelajaran
Bagian X adalah bagian dari Y Kegiatan pengecekan kehadiran adalah bagian dari membuka pelajaran
Sebab akibat X adalah akibat/ hasil dari Y Siswa merasa lebih bersemangat belajar akibat/ hasil dari pemberian reward guru setelah memberi pendapat dengan baik
Cara-tujuan X adalah cara untuk melakukan Y Proses pemberian tepuk tangan pada siswa yang berprestasi di depan kelas adalah cara untuk memotivasi siswa

Alat-tujuan
X adalah digunakan untuk Y
Memberi pujian/ reward adalah bertujuan untk mendorong siswa lebih baik lagi dalam berprestasi
Temuan Penelitian
Temuan penelitian diperoleh melalui cara pengamatan, wawan-cara, dan analisis dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan, mencakup: (1) Muatan materi Sains yang di-ajarkan; (2) Pemanfaatan media pembelajaran Sain; (3) Kompetensi mengajar guru dalam melakukan pembelajaran Sains.
1. Muatan materi Sains yang diajarkan
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen yang telah dilakukan peneliti, maka kesulitan belajar Sain bila dilihat dari muatan materi Sains yang diajarkan di kelas IV SD Negeri Jatimulya 10 Kabupaten Bekasi, didapatkan data sebagai berikut: a) Materi sains kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak memperkenalkan istilah asing; b) Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat; c) Materi sains yang disampaikan miliki ke-cenderungan harus banyak dihafal-kan oleh para siswa.
2. Pemanfaatan Media Pembelajaran Sains
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen, penggunaan media pembelajaran sains oleh guru di kelas IV SD Negeri Jatimulya 10 Kabupaten Bekasi dalam kajian untuk mene-mukan kesulitan belajar siswa belajar Sains, ditemukan data se-bagai berikut: a). Penggunaan me-dia dalam rangka pembelajaran Sains sangat terbatas; b). Keter-batasan penggunaan media mem-buat para siswa susah mema-hami materi sains yang sedang dipelajari
3. Kompetensi Mengajar Guru
Berdasarkan hasil pengamatan, wawanvara, dan analisis dokumen, peneliti menemukan data tentang kesulitan belajar sains ditinjau dari kompetensi mengajar guru dalam melakukan pembelajaran Sains ke-pada siswa kelas IV SD Negeri Jatimulya 10 Kabupaten Bekasi, sebagai berikut: a) Pendekatan guru dalam mengajar cenderung me-nguasai/mendominasi kegiatan belajar mengajar; b) Guru kurang dapat menguasai materi yang di-sampaikan; c) Penerapan pende-katan yang monoton, pada setiap kegiatan belajar mengajar ber-langsung

Deskripsi Hasil Analisis Data
1. Hasil Analisis Domain
Analisis domain mendapatkan domain yang teridentifikasi sebagai mana tercantum dalam lampiran (Analisis Domain). Daftar domain yang disusun didasarkan pada peng-ambilan beberapa domain untuk selanjutnya dilakukan pengkajian/ penelitian lebih lanjut, yaitu:
a. Muatan materi Sains yang diajarkan
1). Materi sains kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak mem-perkenalkan istilah asing
X adalah termasuk/sejenis Y- tulang Parietal, tulang pelipis, tulang, dahi, tengkorak belakang dan sebagainya
- tulang punggung melengkung ke depan yang disebut dengan Lordosis. Tulang punggung akan membengkok ke belakang yang disebut Kifosisi, seperti yang diperagakan oleh Bimo. Sedangkan sikap duduk yang diperagakan si Ahmad, akan mengakibatkan tulang pung-gung membengkok ke kiri atau ke kanak, yang disebut dengan Skoliosis. Namun kerusakan tulang juga dapat disebabkan oleh penyakita yang menyerang tukang seperti infeksi tulang, kangker tulang, dan rakhitis. Hal itu karena juga disebabkan oleh kekurangan kalsium dan vitamin D. Nah jika kita sudah tua itu juga akan mengalami perapuhan tulang, atau diistilah-kan dengan onteoporosis
- selaput bening atau Kornea, selaput pelangi atau Iris, Lensa Mata, Selaput Jala atau Retina, dan saraf mata
- Pada gambar telinga ini tergadap bagian-bagian telinga antara lain, daun telinga, tiga buah tulang pendengaran saraf pen-dengaran rumah siput, saluran eustachius, selaput pendengaran (gendang telinga), lubang telinga dan saluran setengah lingkaran
- kalian akan melihat ada bintil-bintil di permukaan lidah temanmu. Bintil-bintil pada lidah itu disebut papila. Pada papila tersebut terdapat saraf pengecap yang menyebabkan kita dapat mengecap.
- Lapisan luar dari kulit itu disebut dengan Epidemis. Nah sedangkan lapisan dalam, ter-susun atas jaringan lemak, kelenjar keringat, pembuluh darah, kelenjar minyak, dan saraf penerima rangsang atau disebut reseptor. Lapisan dalam dari kulit kita diistilahkan dengan Endodermis

2). Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat
X adalah atribut/ciri-ciri Y
- “Disamping gambar ini coba kalian amati model atau rangka manusia yang tersusun dari 206 tulang-tulang yang saling berhubungan dan dikelom-pokkan menjadi tiga bagian yaitu rangka kepala, rangka badan dan rangka anggota gerak”
- penyakit mata yang sering muncul diantaranya adalah Katarak, Trakoma, Glukoma, dan Alergi. Katarak adalah salah satu penyakit mata yang disebabkan oleh lensa mata buram, sedangkan Trakoma di-sebabkan oleh virus atau bakteri. Glukoma
- hari ini kita akan mempelajari telinga dan kegunaannya serta Hidung dan Kegunaannya pula
- Pada gambar telinga ini terdapat bagian-bagian telinga antara lain, daun telinga, tiga buah tulang pendengaran saraf pendengaran, rumah siput, saluran eustachius, selaput pendengaran (gendang telinga), lubang telinga dan saluran setengah lingkaran
- Setelah kita membicarakan masalah lidah, kini bapak akan membahas masalah kulit dan kegunaannya

3). Materi sains yang disampaikan miliki kecenderungan harus banyak diha-falkan oleh para siswa
X adalah termasuk/sejenis Y
- Anak-anak masih ingat penje-lasan Bapak minggu kemarin?”, tanya laki-laki itu setelah selesai membagikan kertas dan kembali ke depan kelas. “Masih, Pak!”, jawab anak-anak bersama-sama
- Isi laporannya sebagai berikut :”rangka badan manusia terdiri atas tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, tulang gelang bagu dan tulang gelang panggul.
- Penyakit mata yang sering muncul diantaranya adalah Katarak, Trakoma, Glukoma, dan Alergi. Katarak adalah salah satu penyakit mata yang disebabkan oleh lensa mata buram, sedangkan Trakoma disebabkan oleh virus atau bakteri. Glukoma
- Pada gambar telinga ini tergadap bagian-bagian telinga antara lain, daun telinga, tiga buah tulang pendengaran saraf pendengaran, rumah siput, saluran eustachius, selaput pendengaran (gendang telinga), lubang telinga dan saluran setengah lingkaran.
- Lapisan luar dari kulit itu disebut dengan Epidemis. Nah sedangkan lapisan dalam, ter-susun atas jaringan lemak, kelenjar keringat, pembuluh darah, kelenjar minyak, dan saraf penerima rangsang atau disebut reseptor. Lapisan dalam dari kulit kita diistilahkan dengan Endodermis

b. Pemanfaatan Media Pembelajaran Sain
1). Penggunaan media dalam rangka pembelajaran Sains sangat terbatas
X adalah atribut/ciri-ciri Y
- “Menurut kalian isi dari gambar ini tentang apa ya?.” “Tengko-rak, Pak!.” Anak yang bernama Zaki menjawab, sambil meng-angkat tangan kanannya. “Ya kamu bagus Zaki,” kata laki-laki tersebut. “Ya, selanjutnya apa lagi yang dapat kalian sebutkan isi dari gambar ini?”, kata laki-laki itu memancing perhatian siswa. “ada tulang lengan, kaki dan jari-jari, Pak!”
- Nah sekarang coba kalian perhatikan gambar yang bapak bawa hari ini. ”sambil me-nempelkan beberapa lembara kertas besar yang bermotif gam-bar, guru berusaha memberikan ilustrasi dari apa yang sedang dibicarakan pada para siswa.
- “Gambar apakah ini?”, tanya laki-laki itu sambil menun-jukkan sebuah gambar. “anak sekolah yang lagi duduk!”, ja-wab anak-anak. “coba siapa yang dapat menunjukkan gam-bar manakah dari ketiga gambar ini yang merupakan sikap duduk yang benar?”, lanjut laki-laki itu. “yang kedua Pak!”, jawab Afifah.
- Tapi sayangnya kita belum punya alat peraga untuk haltersebut. Baiklah bapak akan coba untuk menjelaskan seada-nya
- Ini gambar apa anak-anak?” tanya laki-laki itu sambil me-nunjukkan sebuah gambar. ”Telinga!”, jawab anak-anak serempak
- Baiklah bapak teruskan men-jelaskannya, dengarkan baik-baik. ”Guru terlihat membuka beberapa gambar yang tam-paknya seperti gambar buah-buahan
- Nah anak-anak Bapak minta maaf sebelumnya karena sudah mencari kesana-kemari gambar yang berkaitan dengan batang dan akar pohon tidak dapat bapak temukan. Jadi walaupun tidak ada alat peraga, bapak tetap akan mencoba menjelas-kan tentang batang dan akar dari pohon atau tumbuhan.” demikian guru mencoba me-yakinkan kepada anak tentang ketiadaan alat banatu pembel-ajaran
2). Keterbatasan penggunaan media mem-buat para siswa susah memahami materi sains yang sedang dipelajari
X adalah atribut/ciri-ciri Y
- siswa banyak yang seperti kebingungan dan susah untuk mengerti
- Pak, boleh maju kedepan ga, untuk melihat gambar tersebut?” tanya seorang anak di meja depan, kemudian guru tersebut menjawab, ya tentu, kalian boleh kedepan mendekati gambar untuk mengetahui dengan pasti.
Anak-anak maju mundur ke depan kelas dan sesekali menuliskan hasil pengamat-annya, dilembar kerja ma-sing-masing.
- Jelas anak-anak?” anak-anak menjawab: ”jelaaaas.” Na-mun terlihat dalam raut muka mereka rasa kebi-ngungan setelah mendengar banyak istilah yang asing ditelinga mereka. Akan tetapi mereka tidak berani mena-nyakan kepada gurunya, betapapun guru tersebut memberikan kesempatan
- ”Nah ada pertanyaan, dari apa yang telah bapak terangkan hari ini? Atau sudah jelas?” tanya guru tersebut. Kemudian anak-anak hanya diam dan saling pandang diantara mereka. “
- “Bagaimana anak-anak apa kalian sudah dapat memahami yang bapak terangkan tadi?”, tanya laki-laki berdasi itu. Terlihat anak saling pandang, namun tidak berani berbicara apapun. Kemudian guru melanjtkan pembicaraan
- “Dari seluruh materi yang telah bapak jelaskan tadi coba siapa yang dapat memberi komentar atau kesimpulan diantara ka-lian? ” guru tersebut mencoba melakukan langkah penutup kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan siswa. Na-mun setelah guru tersebut memberikan kesempatan, tak satu pun dari pada siswa yang berani memberikan komentar ataupun kesimpulan. Sampai pada akhirnya guru tersebut berkata: ”Kenapa kalian, apa ada yang mau ditanyakan, atau belum mengerti?” kembali para siswa Cuma tersenyum dan saling pandang diantara mereka
c. Kompetensi mengajar
guru
1). Pendekatan guru dalam mengajar cende-rung menguasai/ mendo-minasi kegiatan belajar mengajar
X adalah akibat/hasil dari Y
- “Pada gambar ini diilustrasikan tentang rangka manusia, anak-anak coba kalian pegang tangannya masing-masing, kira-kira kita punya benda keras tidak di tangan kita tersebut?” anak-anak serempak menjawab: Punyaaa!” Itu namanya tulang. Dalam tubuh kita mulai dari telapak kaki sampai kepala, semua memiliki bagian tulang yang membuat kita bisa tegak berdiri, duduk dan berjalan.” Kemudian guru meneruskan penjelasannya, dari setiap bagian gambar yang telah disediakan
- Pada bagian lain guru juga meneruskan penjelasan materi sampai pada pokok bahasan penyakit dan kelainan pada telinga dan cara merawat telinga
- Selanjutnya guru tersebut men-jelaskan pula tentang penyakit dan gangguan pada lidah, dan cara memelihara kesehatan lidah. Pada saat guru men-jelaskan kedua materi tersebut, seluruh materi disampaikan dengan metode ceramah, dan sesekali diselingi dengan tanya jawab
- Selanjutnya guru dengan penuh semangat menjelaskan hakikat batang dan akar. Petikan ke-giatan belajar mengajar tersebut sebagai berikut: ”batang tum-buhan dapat kita kelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batang berkayu, batang basah, dan batang rumput. ” tapak guru sesekali melihat buku teks yang selalu berada tidak jauh dari posisi duduknya. Sambil membuka lembaran-demi lem-baran buku guru terkadang menjelaskan materi yang di-maksud. Sampai pada akhirnya guru menjelaskan materi tentang akar.
2). Guru kurang dapat
Menguasai materi yang
disampaikan
X adalah atribut/ciri-ciri Y
- ”Yang perlu kalian ingat adalah
bahwa kita harus betul-betul merawat rangka, tulang dan tubuh kita agar tidak ber-penyakit, seperti yang telah bapak katakan tadi, ya, dengan cara duduk dengan sikap yang benar, terpenuhi vitamin D dan menjaga kesehatan tubuh secara maksimal.”
- Nah sekarang coba diskusikan oleh kalian dengan cara mengisi tabel yang telah itu siapkan. Coba duduknya dibagi empat kelompok ya?” kemudian para siswa terlihat Bapak mem-bentuk kelompok, dilanjutkan dengan pemberian lembaran tabel yang telah disiapkan guru tersebut. Para siswa terlihat cukup aktif melakukan disuksi untuk mencoba menjawab semua data yang diperlukan.
- ”batang tumbuhan dapat kita kelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batang berkayu, batang basah, dan batang rumput. ” tapak guru sesekali melihat buku teks yang selalu berada tidak jauh dari posisi duduknya. Sambil membuka lembaran-demi lembaran buku guru terkadang menjelaskan materi yang dimaksud. Sampai pada akhirnya guru men-jelaskan materi tentang akar.
3). Penerapan pendekatan yang monoton, pada setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung
X adalah atribut/ciri-ciri Y
- ” coba sekarang kalian pegang badan kalian masing-masing. Apakah kalian juga merasakan ada sesuatu yang keras di dalam badan?
- “Siapa yang ingin mem-peragakan seperti 3 contoh sikap duduk seperti gambar itu?”, tanya laki-laki yang mengajar itu. “Saya, saya, saya!”, hampir semua siswa menjawab. “kita akan mencoba belajar dan langsung merasakan bagaimana jika duduk yang benar dan salah, karena hal itu berkaitan dengan bagaimana cara kita merawat rangka kita masing-masing”, jelas laki-laki itu. “memang kenapa kalau kita duduk bebas, Pak?”, tanya seorang anak perempuan berjilbab putih yang ternyata bernama Arum. “Nah anak-anak, Arum bertanya dengan sangat baik? Ada yang bisa membantu menjawab?” tanya laki-laki itu sambil menatapkan pandangannya ke seluruh siswa. “biar tidak sakit, Pak!”, jawab Ahmad. “Ya, bagus.” Ada lagi siapa yang tahu?”, tanya laki-laki itu kembali menantang semua siswa. “biar enggak bongkok, Pak!”,
- Ini gambar apa anak-anak?” tanya laki-laki itu sambil menunjukkan sebuah gambar. ”Telinga!”, jawab anak-anak serempak. “Ya, Semua punya telinga?”, tanya laki-laki itu.
“Punyaaa!”, jawab ahmad, Zaki dan Tina yang suaranya paling keras.”Nah, sekarang coba kalian tebak gambar yang satu lagi!”, laki-laki itu memper-lihatkan sebuah gambar yang berbeda
- Selanjutnya guru tersebut men-jelaskan pula tentang penyakit dan gangguan pada lidah, dan cara memelihara kesehatan lidah. Pada saat guru men-jelaskan kedua materi tersebut, seluruh materi disampaikan dengan metode ceramah, dan sesekali diselingi dengan tanya jawab
- Sekarang coba perhatikan kulit kalian masing-masing.” Sambil guru meminta para siswa memegang tangannya masing-masing kemudian guru melan-jutkan penjelasaanya. ”
- Baiklah bapak teruskan menjelaskannya, dengarkan baik-baik. ” Guru terlihat mem-buka beberapa gambar yang tampaknya seperti gambar buah-buahan. Guru menjelas-kan hakikat buah yang diperinci mengenai bagian-bagian dari buah tersebut.
- “Nah anak-anak Bapak minta maaf sebelumnya karena sudah mencari kesana-kemari gambar yang berkaitan dengan batang dan akar pohon tidak dapat bapak temukan. Jadi walaupun tidak ada alat peraga, bapak tetap akan mencoba menjelas-kan tentang batang dan akar dari pohon atau tumbuhan.” demikian guru mencoba meya-kinkan kepada anak tentang ketiadaan alat banatu pembe-lajaran

2. Hasil Analisis Taksonomi
Setelah menemukan pola-pola yang teridentifikasi berdasarkan temuan di lapangan melalui analisis domain, selanjutnya dilakukan analisis taksonomi untuk memper-oleh pola-pola dari muatan materi Sains yang diajarkan di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi, pemanfaatan media pembelajaran Sain yang dipergunakan oleh guru di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi, dan kompetensi mengajar guru dalam melakukan pembelajaran Sains kepada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan analisis taksonomi, peneliti menemukan: a. Muatan materi Sains yang diajarkan di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi, digali dari: 1) Materi sains kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak memperkenal-kan istilah asing. Hal disebabkan materi yang harus diajarjan secara rasional memang banyak meng-gunakan istilah-istilah asing. Dengan demikian didapatkan:
a.1 Materi sains kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak memperkenalkan istilah asing. 2) Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat. Muatan materi yang dibahas oleh guru pada saat menyampaikan materi Sains, memiliki ruang lingkup dan muatan materi yang sanga luas dan banyak. Dengan demikian menghasilkan:
a.2 Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat. 3) Materi sains yang disampaikan miliki kecenderungan harus banyak diha-falkan oleh para siswa. Karena materi sanins tersebut banyak menggunakan/memperkenalkan isti-lah-istilah asing dan ruang lingku bahasan juga sangat luas, maka dapat ditemukan:
a.3 Materi sains yang disampaikan miliki kecen-derungan harus banyak dihafal-kan oleh para siswa. Ketiga hal tersebut (a.1 Materi sains kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak memper-kenalkan istilah asing, a.2 Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat, dan a.3 Materi sains yang disampaikan miliki kecenderungan harus banyak dihafalkan oleh para siswa) menghasilkan sub fokus a Muatan materi Sains yang diajarkan di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi.
a. Pemanfaatan media pem-belajaran Sain yang dipergunakan oleh guru di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi, digali dari: 1) Penggunaan media dalam rangka pembelajaran Sains sangat terbatas. Keterbatasan media yang dimaksud adalah, guru hanya memanfaatkan media gambar dalam hampir setiap kali pertemuan di kelas. Hal itu dilatabelakangi oleh ketidakadaan media alternatif lain yang dapat dimanfaatkan oleh guru maunun siswa. Dengan demikian menghasil-kan kesimpulan bahwa:
b. b.1 Pemanfaatan media sangat terbatas. 2) Keterbatasan penggu-naan media membuat para siswa susah memahami materi sains yang sedang dipelajari. Keterbataran media yang dialami oleh siswa maupun guru, memberikan dampak yang cukup signifikan yaitu terjadinya kesulitan dalam me-mahami materi yangsedang di-pelajari. Hal itu terlihat dari pemahaman para siswa yang memiliki kesulitan belajar sains selain harus banyak menghafal istilah, ditambah kurang didukung oleh media pembelajaran yang cukup. Hal ini menimbulkan:
b.2 Susah Memahami Materi Tanpa Media. Kedua peran media (b.1 sangat terbatas, dan b.2 tanpa media para siswa kurang dapat memahami pelajaran) menghasilkan sub fokus b-Pemanfaatan media pembelajaran Sain yang dipergunakan oleh guru di kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi
c. Kompetensi mengajar guru dalam melakukan pembelajaran Sains kepada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi, digali dari: 1) Pendekatan guru dalam mengajar cenderung meng-uasai/mendominasi kegiatan bel-ajar mengajar. Walaupun pada beberapa waktu guru memberikan apresiasi kepada siswa, namun penerapan pembelajarn dengan metode ceramah yang hampir dilakukan pada setiap belajar, memberikan asumsi bahwa dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar relatif dominan. Kegiatan tersebut menghasilkan:
c.1 Pernanan guru lebih mendominasi kegiatan belajar Mengajar. 2) Guru kurang dapat menguasai materi yang disam-paikan. Sikap yang ditampilkan guru dengan senantiasa membaca lembara-lembaran materi yang ada didalam buku, pengembangan materi yang disampaikan kurang luas, dan kemampuan penguasaan konsep dasar Sains yang kurang, menghasilkan: c.2 Guru kurang memiliki penguasaan materi yang baik. 3) Penerapan pende-katan yang monoton, pada setiap kegiatan belajar mengajar ber-langsung. Pemberian contoh yang berputar-putar di sekitar siswa, pemberian ilustrasi, dan penerapan metode pembelajaran dengan ha-nya mengandalkan cermaha, mengakibatkan: c.3 Guru terlalu monoton dalam melakukan proses belajar mengajar. Ketiga peranan guru (c.1 Guru men-dominasi proses belajar mengajar, c.2 guru kurang memiliki kemampuan penguasaan materi, dan c.3 guru terlalu monoton dalam proses belajar mengajar), menghasilkan sub fokus – Kompetensi mengajar guru dalam melakukan pembelajaran Sains kepada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kabupaten Bekasi.

3. Hasil Analisis Tema
Dalam rangka mendapatkan tema-tema yang inferensi terhadap permasalahan yang diteliti, selan-jutnya dilakukan analisis tema. Tema-tema yang ditemukan dari hasil analisis ini sebagai berikut:
A. Muatan materi Sains yang diajarkan
1. Materi sains untuk kelas IV SD yang disampaikan oleh guru terlalu banyak memper-kenalkan istilah asing
2. Materi terlalu banyak dan terkesan sangat padat
3.Materi sains yang disampaikan miliki kecende-rungan harus banyak dihafalkan oleh para siswa
B. Pemanfaatan media pembelajaran Sain
1. Penggunaan media dalam rangka pembelajaran Sains sa-ngat terbatas
2. Keterbatasan pengguna-an media membuat para siswa susah memahami materi sains yang sedang dipelajari
C. Kompetensi mengajar guru
1. Pendekatan guru dalam mengajar cenderung mengua-sai/mendominasi kegiatan bel-ajar mengajar
2. Guru kurang dapat me-nguasai materi yang disampai-kan
3. Penerapan pendekatan yang monoton, pada setiap kegiatan belajar mengajar ber-langsung

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan BAB IV, maka penelitian ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran tentang kondisi kesulitan siswa dalam meng-ikuti pelajaran Sain
Pelaksanaan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran sain, pada dasarnya para siswa banyak mengalami kesulitan. Hal itu dapat terekam selama peneliti melakukan pencatatan lapangan dengan indikasi sebagai berikut: (1) Siswa menghadapi banyak Istilah Asing yang harus dipelajari, (2). Materi yang dipelajari Terlalu Padat, dan (3). Siswa juga terkesan mau tidak mau harus menghafal materi yang telah dipelajari karena banyak menggunakan istilah asing yang merupakan pengetahuan baru bagi mereka.
2. Jenis-jenis kesulitan para siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Sain
Setelah melalui proses yang cukup panjang, penulis mempunyai kesim-
pulan bahwa jenis-jenis kesulitan para siswa dalam pelaksanaan pem-belajaran sain adalah: (1) Sangat terbatasnya media yang di-per-gunakan pada saat pembel-ajaran sain berlangsung. (2) Para siswa terkesan susah memahami materi tanpa tersedianya/menggunakan media yang seharusnya diadakan.
3.Pengaruh lingkungan seko-lah terhadap munculnya ke-sulitan siswa dalam melak-sanakan pembelajaran Sains
Memperhatikan hasil analisis data dan berbagai temuan di lapangan, peneliti berkesimpulan bahwa lingkungan sekolah cukup banyak memberikan pengaruh terhadap munculnya kesulitan siswa dalam melaksanakan pembelajaran sain. Lingkungan yang dimaksud dalam konteks temuan penelitian ini adalah terbatas pada peranan guru yang berada di lingkungan para siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan analisis data yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa peranan guru terindikasi sebagai berikut: (1) Guru cende-rung mendominasi proses belajar mengajar, (2) Penguasaan materi guru, sangat lemah, dan (3). Pada saat melakukan proses belajar mengajar dengan para siswa, guru terlalu monoton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar